• Selamat Datang di Yayasan Kanker Anak Indonesia
Anda punya pertanyaan? Chat Kami!

Berita

Karya Batik Anak Pejuang Kanker di Tiga Kota, dipamerkan di museum museum vredeburg
07
OCT

Karya Batik Anak Pejuang Kanker di Tiga Kota, dipamerkan di museum museum vredeburg

Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) bersama Lions Club Solo Mustika mempersembahkan program Mahakarya Batik “Humanity in Harmony”, sebuah inisiatif yang menggabungkan seni batik dengan semangat anak-anak pejuang kanker. Program ini melibatkan kolaborasi dengan Iwan Setiawan, atau yang lebih dikenal sebagai Lek Iwon—salah satu maestro batik Indonesia—dengan anak-anak penyintas kanker di tiga kota besar: Solo, Jakarta, dan Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan harapan kepada anak-anak yang sedang berjuang melawan penyakit kanker, sekaligus merayakan Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2024.


Dalam program ini, anak-anak penyintas kanker bekerja sama untuk menciptakan kain batik sepanjang 50 meter. Setiap karya yang dihasilkan bukan hanya sekadar lukisan di atas kain, tetapi juga menggambarkan kisah dan imajinasi mereka. Di setiap motif dan corak terdapat cerita yang mencerminkan harapan, mimpi, dan pengalaman sehari-hari mereka. Misalnya, salah satu karya menggambarkan suasana berlibur sebuah keluarga di latar belakang Candi Borobudur, sementara yang lain menunjukkan momen santai di rumah sambil membaca koran. Ada juga gambar tokoh wayang Punakawan yang tengah bercakap-cakap, yang membawa nuansa budaya Indonesia yang kental.


Idha Jacinta, inisiator aksi ini, menuturkan bahwa meskipun salah satu anak dari Solo yang terlibat dalam pembuatan karya ini telah berpulang sebelum proses membatik selesai, semangat dan kreativitas mereka tetap hidup. “Dari anak-anak yang terlibat dalam pembuatan karya ini, satu anak dari Solo sudah berpulang saat proses membatik di Mangkunegaran Solo,” ungkapnya. Karya-karya ini menjadi simbol ketahanan dan keberanian anak-anak yang berjuang melawan kanker.


Setiap karya batik yang dihasilkan berhasil terjual dengan harga Rp 15 juta per karya. Di Yogyakarta, yang diikuti oleh 20 anak penyintas kanker, total dana yang terkumpul mencapai Rp 300 juta. “Dana hasil penjualan karya anak-anak ini seluruhnya didonasikan untuk pembangunan rumah singgah bagi anak penyintas kanker,” kata Idha. Aksi serupa juga dilaksanakan di Kota Solo dan Jakarta, di mana masing-masing diikuti oleh 20 dan 25 anak penyintas kanker. Dengan demikian, program ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri, tetapi juga berkontribusi langsung pada kesejahteraan mereka dan teman-teman seusia mereka yang sedang berjuang.


Proses pembuatan batik dilakukan di tiga lokasi berbeda. Di Solo, pusat pembuatan batik bertempat di Pura Mangkunegaran. Di Jakarta, kegiatan dilaksanakan di Museum Batik Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sementara itu, di Yogyakarta, kegiatan berlangsung di Hotel Ambarrukmo. Setiap lokasi dipilih untuk memberikan suasana yang mendukung kreativitas dan kolaborasi antara anak-anak penyintas kanker dan maestro batik.


Program Mahakarya Batik “Humanity in Harmony” ini adalah contoh nyata bagaimana seni dapat menjadi alat untuk menyebarkan pesan positif dan memberikan harapan. Melalui kolaborasi ini, anak-anak penyintas kanker tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk berkreasi, tetapi juga merasakan dukungan dari masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam mendukung anak-anak penyintas kanker, baik melalui donasi maupun partisipasi dalam kegiatan serupa di masa depan.